News Mulia - Game eSports legendaris Vainglory kini terus terpuruk dalam persaingan game MOBA di platform mobile setelah kalah bersaing dari Mobile Legends dan Arena of Valor.
Baru-baru ini publisher game raksasa NatEase menutup server game MOBA Mobile, Vainglory, di China. Langkah ini diambil setelah Super Evil Megacorp (SEMC) selaku developer memutuskan untuk tak mendukung server game tersebut kepada para pemainnya.
Kabar ini semakin membuat Vainglory terpuruk dalam persaingan game MOBA di platform mobile. Padahal, Vainglory merupakan perintis genre MOBA di mobile sebelum kita mengenal Mobile Legends dan Arena of Valor.
Sebelum 2014 lalu tak banyak yang menyangka genre Multiplayer Online Battle Arena (MOBA) bakal meledak di platform mobile. Maklum, genre ini memang telah lama melekat dengan PC dengan kehadiran Dota2 dan League of Legends.
Namun, sebuah developer dari California, Super Evil Megacorp (SEMC), melakukan terobosan berani pada 2014. Untuk pertama kalinya genre MOBA masuk ke platform mobile dengan kehadiran game Vainglory.
Kemunculan Vainglory disambut dengan sangat baik oleh para pemain game mobile. Dalam waktu singkat, Vainglory sudah diunduh sebanyak 1 juta kali.
Vainglory kala itu mampu mendorong batas-batas game mobile dengan grafis mewah dan gameplay yang kompleks. Vainglory berhasil mengenalkan genre MOBA kepada pemain awam.
Sedikit berbeda dari Dota2 atau LoL yang menganut format 5v5, Vainglory memilih pertarungan dengan format 3v3 dan model layar sentuh (tapping)
Untuk gameplay-nya sendiri Vainglory sama sekali tidak menghilangkan prinsip-prinsip genre MOBA. Para pemain diharuskan menghancurkan deretan turet di wilayah lawan untuk kemudian menghancurkan base musuh yang disebut dengan Vain.
Aneka Hero yang unik dan menarik hadir di game ini seperti Taka, Blackfeather, Joule, dan Catherine. Tiap bulan, developer terus menambah hero-hero baru untuk dicoba.
Mereka pun memiliki kejuaraan eSports kelas dunia yang digelar rutin dengan hadiah yang sangat besar pada masanya.
Masa Senja Vainglory
Sayang, kehadiran game Mobile Legends dan Arena of Valor di dunia membuat pamor Vainglory lama-lama menurun. Meski memiliki ciri khas tersendiri dengan grafis mewah, tap control, dan pertarungan 3v3, Vainglory tetap tak mampu menyaingi ML dan AoV yang lebih 'ramah' smartphone kelas low-end.
Dengan grafis lebih cartoony, ML dan AoV lebih mudah diunduh dan dijalankan di smartphone kelas menengah ke bawah. Hal ini berbeda dengan Vainglory yang membutuhkan memori yang besar serta grafis yang 'berat'.
Vainglory pun 'menyerah' dan akhirnya mengikuti mainstream dengan meluncurkan pertarungan 5v5 pada Februari 2018. Game ini sempat kembali menggeliat walau tidak dalam waktu lama.
SEMC bahkan 'menelan ludahnya sendiri' dengan menyematkan kontrol analog di dalam game setelah sebelumnya mereka terkenal dengan slogan 'MOBA Perfect for Touch'.
Cara ini dilakukan untuk menyaingi dominasi ML dan AoV yang makin tak terbendung. Meski begitu, keputusan tersebut mengundang pro-kontra di kalangan penggemar.
SEMC tetap mencari cara agar game ini tetap hidup dengan hadir secara resmi di platform PC melalui layanan Steam. Meski dapat sambutan baik, namun secara bisnis game ini gagal berkembang.
Setelah terus babak belur dan kehilangan jumlah pemain aktif serta pemasukan, developer SEMC akhirnya pada April lalu memutuskan untuk menutup server mereka dan menyudahi kerjasama dengan Rouge Game.
Developer menyerahkan server Vainglory untuk dijalankan oleh komunitas secara swadaya. Dengan kata lain, mereka sudah berhenti menyokong Vainglory dan membuatnya menjadi game berbasis komunitas.
Meski telah memasuki masa senja, Vainglory tetap terus dikenang dan ada di hati para penggemarnya di seluruh dunia.
*Ayo segera daftarkan diri anda di Situs Judi Online Terpercaya dan dapatkan hadiah jutaan rupiah setiap harinya.
Komentar
Posting Komentar